Sabtu, 23 Oktober 2010

kesiapan menjadi masyarakat informasi


Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia kini telah dapat langsung kita ketahui berkat kemajuan teknologi (globalisasi). Kalau dahulu kita mengenal kata pepatah “dunia tak selebar daun kelor”, sekarang pepatah itu selayaknya berganti; dunia saat ini selebar daun kelor, karena cepatnya akses informasi di berbagai belahan dunia membuat dunia ini seolah semakin sempit dikarenakan kita dapat melihat apa yang terjadi di Amerika misalnya, meskipun kita berada di Indonesia. Tentu kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Khususnya masyarakat dengan budaya dan adat ketimuran seperti Indonesia.
Tapi apakah masyarakat Indonesia sudah siap untuk bergeser menjadi masyarakat informasi?? Kita lihat dulu mengenai masyarakat informasi. McQuail menjelaskan, istilah masyarakat informasi dikemukakan pertama kali oleh Daniel Bell (1973) sehubungan dengan banyak bermunculannya sektor-sektor ekonomi berbasis informasi pada akhir era masyarakat industri tahun 1960-an, yang mana proses produksi dan distribusi segala bentuk informasi, terutama berbasis teknologi komputer, telah menjadi sektor utama dalam perekonomian masyarakat. Melody dalam McQuail mendeskripsikan masyarakat informasi sebagai: Those that have become dependent upon complex electronic information networks and which allocate a major portion of their resources to information and communication activities (2000:121). Trend masyarakat informasi ternyata juga telah meningkatkan rasa saling keterikatan masyarakat, yang mana masyarakat semakin terdorong untuk menjalin hubungan-hubungan sosial melalui jaringan-jaringan media, sehingga secara bertahap hubungan tersebut akan  menggantikan atau melengkapi jaringan sosial kemasyarakatan ataupun komunikasi tatap muka. Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang masih menghormati dan melaksanakan adat ketimuran. Satir masyarakat informasi seakan hanya terjadi di kalangan masyarakat kota saja. Koran masuk desa ataupun internet masuk desa belum menjangkau keseluruhan pedesaan di Indonesia. Memang ada beberapa dengan efek yang berbeda pula. Kadang juga tidak diperhatikan dengan kemampuan aksara masyarakat desa yang dituju. Bahwa buta aksara di masyarakat Indonesia masih dalam tingkatan tinggi. Jumlah angka buta aksara penduduk Indonesia hingga akhir tahun 2009 masih sekitar 5,3 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 8,7juta jiwa. Dengan gencarnya perkembangan teknologi yang berkembang, seakan masyarakat desa tertinggal (atau bahkan ditinggalkan?). Menjamurnya sekolah-sekolah rintisan berstandar internasional semakin meminggirkan masyarakat desa akan kemajuan IPTEK. Tidak hanya tentang tingginya buta aksara di Indonesia yang perlu diperhatikan, kebudayaan kita yang menganut adat ketimuran juga tak luput dari efek masyarakat informasi. Saat ini, di Indonesia dapat kita saksikan begitu besar pengaruh kemajuan teknologi terhadap nilai-nilai kebudayaan yang di anut masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan (modernisasi). Kemajuan teknologi seperti televisi, telepon dan telepon genggam (HP), bahkan internet bukan hanya melanda masyarakat kota, namun juga telah dapat dinikmati oleh masyarakat di pelosok-pelosok desa. Akibatnya, segala informasi baik yang bernilai positif maupun negatif, dapat dengan mudah di akses oleh masyarakat. Dan diakui atau tidak, perlahan-lahan mulai mengubah pola hidup dan pola pemikiran masyarakat khususnya masyarakat pedesaan dengan segala image yang menjadi ciri khas mereka. Sekarang ini, akibat produk modernisasi seperti televisi, HP ataupun internet, kita dapat melihat bahwa tak ada bedanya gaya hidup masyarakat kota dengan masyarakat desa. Budaya barat yang dahulu hanya diadaptasi dan di tiru oleh masyarakat kota, dengan adanya kemajuan teknologi juga telah melanda masyarakat di pedesaan. Budaya tolong menolong yang dahulu lekat dengan masyarakat desa, lambat laun berkurang meski tidak hilang sama sekali, berganti dengan budaya individualistik. Budaya santun dan lugu yang juga menjadi ciri khas masyarakat pedesaan perlahan mulai pudar dan berganti dengan budaya urakan yang dengan bangga mereka sebut dengan istilah gaul.
Pada hakikatnya, kemajuan teknologi dan pengaruhnya dalam kehidupan adalah hal yang tak dapat kita hindari. Akan tetapi, kita dapat melakukan tindakan yang bijaksana terhadap diri kita sendiri, keluarga dan juga masyarakat luas agar kemajuan teknologi yang semakin dahsyat ini tidak sampai menggeser jati diri kita sebagai manusia yang memiliki norma dan juga nilai-nilai pekerti yang luhur.
Sumber :
nurriest.blogdrive.com/archive/6.html “ Weblog dalam Perspektif Masyarakat Informasi dan Globalisasi”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar